Langsung ke konten utama

Pendidikan Orde Lama Indonesia


Pendidikan Orde Lama Indonesia
Oleh: Hanifah Tiara Hakim
Pendidikan Sosiologi B 2015

 “Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti ( karakter, kekuatan
bathin), pikiran (intellect) dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya” 1 .
Kalimat tersebut adalah gagasan mengenai pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara yang
merupakan seorang mentri pendidikan pertama di Indonesia. Pendidikan berfungsi untuk
mencerdaskan manusia serta mengoptimalkan fungsi dari akal dan pikiran yang dimiliki. Setiap
negara pasti memiliki aturan tersendiri dalam menjalankan pendidikan di negaranya, salah
satunya Indonesia.
Pendidikan di setiap negara pada umumnya dibuat berdasarkan ideologi cita-cita dari negara
tersebut 2 . Ketika suatu ideologi atau sistem pemerintahan negara berganti, maka terdapat
perubahan pula pada sistem pendidikannya. Begitu pun dengan Indonesia dan pendidikannya.
Berawal dari zaman orde lama ketika kepemimpinan negara dipegang oleh Ir. Soekarno.
Soekarno beserta jajaran kabinetnya memiliki cita-cita untuk mempertahankan kemerdekaan
Indonesia serta menanamkan nilai-nilai cinta tanah air kepada seluruh rakyatnya.
Pada zaman orde lama, pendidikan dijalankan dengan serba terbatas walaupun masih bisa
dijalankan sesuai dengan UUD 1945 tentang pendidikan nasionalisme. Keterbatasan disini
berupa sumber daya manusia yang masih sedikit dan hanya mengandalkan para guru lulusan dari
sekolah kolonial. Selain itu, bangunan sekolah yang didirikan pun masih cukup minim..
Keterbatasan ini menyebabkan tingkat intelektualitas rakyat masih belum merata. Pendidikan
Indonesia sendiri pada masa itu diatur dalam Undang Pendidikan No.4/1950 junto no.12/1954.
Kabinet pemerintahan yang memiliki cita-cita untuk menanamkan nilai nasionalisme, sosialisme,
dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia menyebabkan terlahirnya mata pelajaran Ilmu
Kewargaan Negara atau biasa disebut Civics. Mata pelajaran ini diajarkan pada tingkat SMP dan

1 http://www.diwarta.com/2012/06/14/pengertian-pendidikan-menurut-ki-hajar-dewantara.html (diakses pada 3
April 2018)
2 https://id.scribd.com/doc/45402867/Kebijakan-Pendidikan-Orde-Lama (diakses pada 3 April 2018)

SMA dengan materi sosialisme Indonesia yang merupakan salah satu ajarannya. Hal ini
dikarenakan oleh Indonesia yang kuat akan cita-cita sosialisme pada era Soekarno.
Selanjutnya, mengenai pengajar ataupun guru pada masa itu asih mengalami
kekurangan (menggunakan para lulusan sekolah guru zaman kolonial) sebagaimana
telah disebutkan di paragraf sebelumnya. Untuk mengatasi hal ini, terbentuklah
kebijakan untuk menyebarkan mahasiswa-mahasiswa ke seluruh provinsi Indonesia
dengan tujuan untuk mengajarkan membaca atau memberantas buta huruf. Berawal
dari hal ini, pada akhirnya dibukalah beberapa universitas (selain UI, IPB, ITB,
Gajah Mada, dan UNAIR) di beberapa provinsi lain yang pada akhirnya
mengalami penurunan kualitas akibat rendahnya tingkat pengajar dosen.
Pada zaman orde lama, pendidikan dilaksanakan berdasarkan kepada instruksi dari
menteri pendidikan kala itu (Ki Hajar Dewantara). Ki Hajar Dewantara pada saat
beberapa bulan setelah proklamasi menginstruksikan para guru untuk membuang
sistem pendidikan kolonial dan mengutamakan patriotisme. Dalam proses
pembelajaran pun standar usia wajib belajar bermula dari anak usia 8 tahun. Tahapan
jenjang pendidikan juga bermula dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama,
Sekolah Menengah Atas, dan Kuliah di jenjang Universitas.
Jika dikaitkan dengan keadaan pendidikan Indonesia saat ini, maka pendidikan orde
lama memang memiliki kekurangan yang cukup besar. Sebagaimana kendala SDM
serta ketersediaan bangunan yang belum memadai. Selain itu, jumlah universitas
dengan standar pendidikan terbaik pun hanya terpusat di Pulau Jawa saja. Namun,
pada masa itu, pendidikan berperan demi mewujudkan cita-cita bersama negara yang
baru merdeka. Ketika itu, pendidikan masih belum terkontaminasi maksimal dengan
politik dari penguasa.
Selanjutnya, pendidikan juga berfungsi untuk membentuk rasa cinta tanah air dan
moral luhur yang terlihat dari keberadaan guru yang diagung-agungkan oleh peserta
didik. Berbeda halnya dengan zaman sekarang yang banyak memiliki dinamika
permasalahan antar guru dan peserta didik. Selain itu, kepentingan pihak luar tidak
tercampur dalam penyusunan pendidikan karena Soekarno yang tidak ingin SDA

Indonesia dikuasai asing. Dengan harapannya bahwa SDA Indonesia akan
dimanfaatkan oleh anak cucu Indonesia kelak.


 

Komentar